kisah nyata. Walaupun kejadiannya 10 tahun yg lalu
tapi bagus untuk mengingatkan kita kembali. Apabilagi lebaran haji tinggal
lebih kurang satu bulan lagi
Copas:
Siapapun yang Belum Berniat Qurban Bisa Menangis Membaca Kisah Ini
Kisah ini dituturkan oleh seorang penjual hewan qurban. Ia tak
sanggup menahan tangis saat mengetahui siapa sebenarnya orang yang membeli
seekor kambing darinya di hari itu. Ketika Anda membaca kisah ini dengan hati,
Anda pun dijamin tak kuasa menahan air mata.
Idul adha kian dekat. Kian banyak orang yang mengunjungi stan
hewan qurbanku. Sebagian hanya melihat-lihat, sebagian lagi menawar dan
alhamdulillah tidak sedikit yang akhirnya membeli. Aku menyukai bisnis ini,
membantu orang mendapatkan hewan qurban dan Allah memberiku rezeki halal dari
keuntungan penjualan.
Suatu hari, datanglah seorang ibu ke stanku. Ia mengenakan baju
yang sangat sederhana, kalau tidak boleh dibilang agak kumal. Dalam hati aku
menyangka ibu ini hanya akan melihat-lihat saja. Aku mengira ia bukanlah tipe
orang yang mampu berqurban. Meski begitu, sebagai pedagang yang baik aku harus
tetap melayaninya.
“Silahkan Bu, ada yang bisa saya bantu?” sapaku seramah mungkin
“Kalau kambing itu harganya berapa, Pak?” tanyanya sambil menunjuk seekor
kambing yang paling murah.
“Itu 700 ribu Bu,” tentu saja harga itu bukan tahun ini. Kisah
ini terjadi beberapa tahun yang lalu. “Harga pasnya berapa?”
Wah, ternyata ibu itu nawar juga. “Bolehlah 600 ribu, Bu. Itu untungnya sangat
tipis. Buat ibu, bolehlah kalau ibu mau”
“Tapi, uang saya Cuma 500 ribu, Pak. Boleh?” kata ibu itu dengan
penuh harap. Keyakinanku mulai berubah. Ibu ini benar-benar serius mau
berqurban. Mungkin hanya tampilannya saja yang sederhana tapi sejatinya ia
bukanlah orang miskin. Nyatanya ia mampu berqurban.
“Baik lah, Bu. Meskipun tidak mendapat untung, semoga ini
barakah,” jawabku setelah agak lama berpikir. Bagaimana tidak, 500 ribu itu
berarti sama dengan harga beli. Tapi melihat ibu itu, aku tidak tega
menolaknya.
Aku pun kemudian mengantar kambing itu ke rumahnya. Astaghfirullah…
Allaahu akbar…Aku terperanjat. Rumah ibu ini tak lebih dari sebuah gubuk
berlantai tanah. Ukurannya kecil, dan di dalamnya tidak ada perabot mewah.
Bahkan kursi, meja, barang-barang elektronik, dan kasur pun tak ada. Hanya ada
dipan beralas tikar yang kini terbaring seorang nenek di atasnya. Rupanya nenek
itu adalah ibu dari wanita yang membeli kambing tadi. Mereka tinggal bertiga
dengan seorang anak kecil yang tak lain adalah cucu nenek tersebut.
“Emak, lihat apa yang Sumi bawa” kata ibu yang ternyata bernama Sumi
itu. Yang dipanggil Emak kemudian menolehkan kepalanya, Sumi bawa kambing Mak.
Alhamdulillah, kita bisa berqurban”
Tubuh yang renta itu duduk sambil menengadahkan tangan. Alhamdulillah…
akhirnya kesampaian juga Emak berqurban. Terima kasih ya Allah
“Ini uangnya Pak. Maaf ya kalau saya nawarnya terlalu murah,
karena saya hanya tukang cuci di kampung sini, saya sengaja mengumpulkan uang
untuk membeli kambing buat qurban atas nama Emak….” kata Bu Sumi.
Kaki ini bergetar, dada terasa sesak, sambil menahan tetes air
mata, saya berdoa dalam hati, “Ya Allah… Ampuni dosa hamba, hamba malu
berhadapan dengan hamba-Mu yang pasti lebih mulia ini, seorang yang miskin
harta namun kekayaan imannya begitu luar biasa”.
“Pak, ini ongkos kendaraannya…”, panggil ibu itu.
“Sudah bu, biar ongkos kendaraannya saya yang bayar”, jawabku sambil
cepat-cepat berpamitan, sebelum Bu Sumi tahu kalau mata ini sudah basah karena
karena tak sanggup mendapat teguran dari Allah yang sudah mempertemukan dengan
hambaNya yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan
orang tuanya.
Untuk menjadi mulia, ternyata tak harus menunggu kaya. Untuk
mampu berqurban, ternyata yang dibutuhkan adalah kesungguhan. Kita jauh lebih
kaya dari Bu Sumi. Rumah kita bukan gubuk, lantainya keramik. Ada kursi, ada
meja, ada perabot hingga TV di rumah kita. Ada kendaraan. Bahkan, HP kita lebih
mahal dari harga kambing qurban. Tapi… sudah sungguh-sungguhkah kita
mempersiapkan qurban? Masih ada waktu sekitar satu bulan.
Jika kita sebenarnya mampu berqurban, tapi tak mau berqurban,
hendaklah kita malu kepada Allah ketika Dia membandingkan kesungguhan kita
dengan Bu Sumi Jika kita sebenarnya mampu berqurban, tapi tak mau berqurban,
hendaklah kita takut dengan sabda Rasulullah ini:
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
Barangsiapa yang memiliki kelapangan untuk berqurban namun dia
tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami” (HR Ibnu Majah,
Ahmad dan Al Hakim)
QUOTES OF THE QURBAN
Siapapun yg Belum Berniat Qurban Sebaiknya Membaca Kisah Ini
terimakasi
Salam
0 Response to "Siapapun yang Belum Berniat Qurban Bisa Menangis Membaca Kisah Ini"
Posting Komentar