Repost
dr fb : True story....
Ini
adalah kisah dari milis warga Indonesia
yg bermukim atau pernah bermukim di
Jerman.
Layak
untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.
Saya
adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya.
Kelas
terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi.
Tugas
terakhir dosen yang diberikan kepada siswanya
diberi nama "Smiling."
Seluruh
siswa diminta untuk memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang
ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka.
Setelah
itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas.
Saya
adalah seorang yg mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang.
Jadi, saya pikir, tugas ini sangatlah mudah.
Setelah
menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami san anak bungsu saya yang
menunggu di taman kampus, lalu pergi ke restoran Mc Donald yg berada di kampus.
Pagi
itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam
antrian, saya minta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat
duduk dan saya ikut antrian.
Ketika
saya sedang dalam antrian, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak
menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir
keluar dari antrian.
Perasaan
panik menguasai diri saya, ketika melihat mengapa mereka semua menyingkir ?
Saat
berbalik, saya membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat,
ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat
dekil.
Saya
bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.
Ketika
saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, dan
ia sedang "tersenyum" kearah saya.
Lelaki
ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia
menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya'
ditempat itu.
Ia
menyapa "Good day !" sambil tetap tersenyum. Secara spontan saya
membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh
dosen saya.
Lelaki
kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang
temannya.
Saya
segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki
dengan mata biru itu adalah "penolong"nya.
Saya
merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini
hanya tinggal saya bersama mereka, dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai
didepan counter.
Ketika
wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya
persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan.
Lelaki
bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona."
Ternyata
dari koin yang dia pegang hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka. (Aturan
di restoran di Jerman, jika ingin duduk di dalam restoran n menghangatkan
tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya
ingin menghangatkan badan.
Tiba2
saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa
saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yg
terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka.
Pada
saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran
itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan'
saya.
Saya
baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya
menanyakan apa yang ingin saya pesan ?
Saya
tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam
nampan terpisah.
Setelah
membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu
untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak
saya.
Sementara
saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah
dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat.
Saya
letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya
di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya
berucap "makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua."
Kembali
mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah ber-kaca2
dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya."
Saya
mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata
"Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Allah juga
berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk
menyampaikan makanan ini kepada kalian."
Mendengar
ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua
sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.
Saya
sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan
bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka.
Ketika
saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan
berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi
istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-2ku
!"
Kami
saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan
menyadari, bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan
'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat
membutuhkan.
Ketika
kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan
restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu
menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami.
Salah
satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap "Tanganmu
ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini,
jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang
telah kamu contohkan tadi kepada kami."
Saya
hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak
meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan
seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh
kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-2kan tangannya kearah kami.
Dalam
perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap
kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 'tindakan' yang tidak pernah terpikir
oleh saya.
Pengalaman
hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih sayang' Allah itu sangat HANGAT
dan INDAH sekali!
Saya
kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini ditangan
saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya.
Dan
keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan
kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan
ceritamu ini kepada yang lain ?" dengan senang hati saya mengiyakan.
Ketika
akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper
saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang
dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi.
Dengan
cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para
siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya
kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang
didekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan
harunya.
Diakhir
pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip
salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya.
"Tersenyumlah
dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang
ditimbulkan oleh senyummu itu."
Dengan
caraNYA sendiri, Allah telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh
orang-orang yang ada di sekitar suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang
menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi.
Saya
lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku
kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT."
Banyak
cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para
pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini
diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara :
Mencintai
Sesama Dengan Memanfaatkan Sedikit Harta Benda Yang Kita Miliki, Dan Bukannya
Mencintai Harta Benda Yang Bukan Milik Kita, Dengan Memanfaatkan Sesama.
Jika
anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan cerita ini
kepada orang2 terdekat anda.
Disini
ada 'malaikat' yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca
cerita ini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun)
bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya.
Orang
bijak mengatakan :
Banyak
orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu,
tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan Jejak di dalam
hatimu.
Untuk
berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi dengan
orang lain, gunakan hatimu...😊😊😊
Happy
Day all
0 Response to "Cerita Inspiratif yang selalu menggugah hati"
Posting Komentar